Wabi sabi adalah soal bagaimana belajar untuk menerima sesuatu apa adanya daripada selalu mengharapkan hal yang lebih baik dan tidak menghargai apa yang dimiliki.
Interiordesign.id – Di dunia desain interior, tidak jarang para desainer mengambil filosofi desain dari negara lain. Contohnya “hygge“, filosofi desain dari Denmark yang menekankan pada aspek kenyamanan (cozy) sebuah ruang yang didapatkan melalui hal-hal sederhana, seperti segelas cokelat panas, selimut tebal, dan lilin. Atau “lagom“, filosofi desain ala Swedia yang mengedepankan keseimbangan dan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari, sehingga desain interior yang menggunakan konsep ini lebih mementingkan fungsionalitas yang dibalut dengan kesederhanaan.
Lain hal dengan Negara Jepang, populer juga sebuah konsep yang dinamakan “wabi-sabi”. Ini adalah konsep pemikiran yang muncul di Negeri sakura sejak abad ke-15.
Seperti halnya hygge dan lagom, popularitas wabi-sabi dalam dunia desain interior juga semakin meningkat. Bahkan, digadang-gadang popularitasnya akan menggantikan hygge dan lagom.
Apa itu wabi-sabi?
Wabi-sabi merupakan tren desain pada abad ke-15 yang sengaja dirancang sebagai ‘oposisi’ dari gaya menghias ruangan secara berlebihan untuk menunjukkan kemewahan dan menggunakan bahan-bahan yang langka pada saat itu. Menurut wabi-sabi, menemukan keindahan tidak mesti didapat dari kemewahan, tetapi menemukannya dalam ‘kesederhanaan.’
Wabi-sabi mengajarkan untuk mendekatkan diri dengan alam dan menikmati kesederhanaan dalam hidup. Dalam wabi-sabi, yang terpenting adalah menyadari kekhasan setiap karkater dan selalu ingin menjaga otentisitas tersebut dalam seluruh aspek kehidupan setiap orang.
Sama seperti halnya hygge dan lagom, wabi-sabi sebenarnya lebih condong ke arah prinsip hidup dibandingkan sebuah tren desain interior. Ini adalah soal bagaimana belajar untuk menerima sesuatu apa adanya ketimbang selalu mengharapkan hal yang lebih baik dan tidak menghargai apa yang dimiliki.
Satu hal yang pasti, mendalami filosofi wabi-sabi dan menerapkannya dalam desain dan dekorasi rumah, adalah langkah yang tepat.
5 langkah untuk mengaplikasikan filosofi wabi-sabi di rumah
Sebagai bentuk filosofi, wabi-sabi mungkin bisa dibilang abstrak, dan tidak mudah untuk diaplikasikan dalam desain interior. Jadi, untuk membantu Anda, kami merangkum beberapa tips dan trik dasar bagaimana menerapkan ‘wabi-sabi’ ke dalam interior rumah.
Menambahkan elemen artisan dan homemade
Wabi-sabi memerhatikan dan berfokus pada autentisitas sesuatu di mana pun, dan tidak ada yang lebih otentik dari dekorasi homemade dan aksen-aksen artisan pada ruangan.
Vas yang Anda beli sebagai suvenir saat berlibur, kerajinan dari kain yang Anda buat sendiri, atau hiasan keramik khas suatu daerah, adalah elemen-elemen yang akan menonjolkan kehangatan dan karakter ruangan.
Jadi, mengapa tidak Anda gunakan waktu luang di rumah untuk mulai mencoba sebuah projek DIY?
Usahakan rumah Anda tidak berantakan
Meski salah satu pendekatan wabi-sabi adalah menghargai ketidaksempurnaan, bukan berarti rumah Anda bisa dibiarkan berantakan dan dekorasinya tidak karuan. Hunian dengan konsep wabi-sabi justru harus rapi dan teratur agar kedamaian dan ketenangan di dalam rumah bisa dicapai.
Jika Anda menyukai estetika minimalis, ini adalah separuh jalan implementasi filosofi wabi-sabi. Ya, setengahnya saja, karena wabi-sabi bukan hanya tentang kesederhanaan, tetapi juga adanya rasa keteraturan untuk membawa ketenangan ke dalam setiap ruangan rumah.
Bawalah elemen outdoor ke dalam rumah
Elemen natural adalah komponen penting di dalam rumah dengan konsep wabi-sabi.
Secara umum, suasana tenteram atau good vibes yang datang dari elemen natural menjadi salah satu faktor utama konsep wabi-sabi. Selain itu, merujuk pada prinsip wabi-sabi yang mengutamakan ketidaksempurnaan, segala bentuk “cacat” dari tumbuhan, kayu, dan bebatuan bisa bertindak sebagai pengingat bahwa keindahan bisa ditemukan dalam ketidaksempurnaan.
Untuk memaksimalkan good vibes ini, hias ruangan dengan furniture kayu, bunga-bunga asli yang segar, dan tanaman indoor yang Anda sukai. Jika Anda tidak begitu pandai berkebun, Anda bisa memilih sukulen karena perawatannya lebih mudah.
Rumah tidak matching? Tidak masalah!
Tidak semua hal harus selalu terlihat selaras. Bahkan, terkadang, jika rumah terlihat terlalu selaras, karakter sang pemilik terasa menghilang dan tidak ada rasa homey ketika berada di rumah. Bisa dibilang perasaan “pulang ke rumah” akan terasa hilang.
Perlu diingat bahwa bukan berarti Anda harus sengaja membuat dekorasi di dalam ruangan terkesan tidak matching. Namun, jika Anda menyukai sebuah benda tetapi benda tersebut tidak selaras dengan keseluruhan estetika rumah, itu tidak apa-apa. Bahkan, konsep wabi-sabi menganggap bahwa ketidaksempurnaan itulah yang membuat rumah Anda sempurna.
Less is more
Sensibilitas wabi-sabi adalah mengurangi benda-benda dengan mengutamakan hal-hal yang membawa nilai nostalgia, keindahan, fungsi, atau kombinasi antara semuanya ke dalam rumah.
Hal tersebut bukan berarti tren ini bisa disamakan dengan minimalisme. Tujuan dari wabi-sabi adalah untuk menyimpan hal-hal yang esensial agar Anda dapat memaksimalkan kebahagiaan di kehidupan sehari-hari. Seorang minimalis mungkin akan menyingkirkan vas yang mereka sukai yang Dia rasa tidak masuk ke dalam desain interior minimalis di rumahnya. Namun, pengikut wabi-sabi akan tetap menyimpan vas tersebut karena ia menyukainya.